Tuesday, December 28, 2010

Air Superiority

SU-30 TNI AU
Pengadaan pesawat tempur terbaru jenis Sukhoi Su-27 dan Su-30 bagi Pemerintah RI membuat TNI-AU merasa bangga karena jenis pesawat ini termasuk golongan pesawat tempur mutakhir kelas berat. Kedua jenis pesawat tersebut dirancang sebagai  pesawat jenis air superiority (keunggulan udara). Pesawat ini punya kemampuan seimbang antara air-to-air dan air-to-ground apabila sudah di upgrade, dan dual role atau peran ganda-tempur dan pengebom bagi Su-30. Peran lain yang diemban Su-30 adalah ground attack.

Bandingkan saja dengan Mig-29 pun, masih digolongkan sebagai pesawat tempur mutakhir ringan. Pesawat yang diproduksi oleh Rusia ini awalnya dirancang untuk mengimbangi jenis pesawat tempur buatan Amerika Serikat, antara lain :F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet. Keunggulan secara umum adalah berfungsi sebagai interseptor dan penjelajah udara jarak jauh. Kecepatan optimalnya mencapai 2,4 mach mematahkan record F-16 yang hanya 2,1 mach. Tentu perlengkapan persenjataan yang paling handal adalah peluru kendali (rudal) anti radiasi termutakhir dan rudal udara ke darat.

Akan tetapi ditilik kebelakang pengadaan pesawat, baik itu jenis tempur, bomber  dan transport mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan situasi politik saat itu . Perjalanan TNI Angkatan Udara sebagai sebuah angkatan perang, memang terkesan unik. Selain proses kelahirannya yang begitu singkat, yaitu sekitar tujuh bulan sejak Indonesia merdeka, alutsista yang dimiliki juga sangat sederhana. Waktu itu TNI Angkatan Udara hanya bermodalkan pesawat-pesawat bekas yang diperoleh dari rampasan tentara Jepang, seperti pesawat jenis Chureng, Nishikoreng, Guntei dan Hayabusha. Jumlah penerbang dan teknisinya pun sangat terbatas. Meskipun masih diwarnai dengan kondisi kesederhanaan dan keterbatasan, namun TNI Angkatan Udara mampu menorehkan Tinta emas dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pada tanggal 29 Juli 1947 dilakukan  Operasi Udara PERTAMA yang merupakan serangan balas terhadap Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947 dan operasi lintas udara di Kalimantan tanggal 17 Oktober 1947.
Era  tahun 50-an hadirnya pesawat-pesawat baru yang lebih modern seperti P-51 Mustang, B-25 Mitchel, C-47 Dakota, AT-16 Harvard, serta pesawat amphibi Catalina. Keberadaan pesawat-pesawat tersebut membuat TNI Angkatan Udara Selangkah lebih maju. Dengan Pesawat-pesawat tersebut TNI Angkatan Udara ikut berperan dalam berbagai operasi keamanan dalam negeri, seperti penumpasan PRRI, Permesta, RMS, DI/TII serta berbagai gangguan keamanan dalam negeri lainnya.

MIG 17 Fresco milik AURI
Era tahun 1960-an Kekuatan Angkatan Udara Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terkuat di dunia. Saat itu, bahkan kekuatan Belanda sudah tidak sebanding dengan Indonesia, dan Amerika sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan militer kita yang didukung besar-besaran oleh teknologi terbaru UniSovyet. Kekuatan Udara Indonesia merupakah salah satu armada yang paling mematikan didunia dengan didukung pesawat-pesawat buatan Uni Sovyet seperti :

1.     20 Pesawat Pemburu Super Sonic Mig-21 Fishbed
2.     30 Pesawat Pemburu  Mig-15 Fagot
3.     49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17 Fresco
4.     10 pesawat supersonic MiG-19 Farmer
5.     25 Pesawat Pembom Tu-16 Badger

OV-10
Era tahun 1970-an peta kekuatan Angkatan Udara Indonesia mengalami penurunan yang cukup drastis sejalan dengan perkembangan politik serta memburuknya hubungan RI – Uni Sovyet pasca pemberontakan G30S PKI, namun hal tersebut tidak berjalan lama di pertengahan tahun 1970-an peta politik berubah kedekatan pemerintah dengan Negara – Negara barat terutama Amerika pengadaan pesawat seperti OV-10 Bronco, F-86 Sabre, T-33 Bird, Fokker F-27, serta Helicopter Puma SA-330 merupakan prioritas utama dari Amerika untuk mendorong Indonesia menjauh dari blok Timur.

F-5 Tiger turut memperkuat kekuatan udara RI
Era tahun 1980-an TNI Angkatan Udara memasuki era supersonik, dengan hadirnya pesawat tempur F-5 Tiger II . Kemampuan TNI Angkatan Udara makin meningkat dengan tambahan kemampuan pengamatan udara dengan hadirnya pesawat Patrol Boeing 737 dan C-130 Maritim Patrol (crashed gunung sibayak medan) menambah kemampuan Angkatan Udara  mengamati wilayah darat dan lautan. Datangnya pesawat A-4 Sky Hawk, C-130H Hercules, dan didukung oleh pesawat latih jenis Hawk MK-53 dan helikopter Puma yang serba guna, menjadikan TNI Angkatan Udara sebagai sebuah angkatan perang yang mengagumkan. Apalagi dengan datangnya pesawat Multirole F-16 Fighting Falcon dari Amerika pada akhir tahun 1989 menambah keperkasaan TNI Angkatan Udara dan dapat disejajarkan dengan angkatan udara negara lain.
Memasuki dekade 90-an, kekuatan TNI Angkatan Udara diperhitungkan oleh angkatan udara negara-negara lain di kawasan Asia tenggara karena pada era ini TNI Angkatan Udara telah memiliki pesawat-pesawat yang modern dan canggih seperti pesawat F-5 Tiger II, A-4 Sky Hawk, Hawk MK-53, C-130 H/L Hercules, CN 235 versi militer dan maritime patrol, SA-330 Puma, Boeing 737, F-16 Fighting Falcon, Helicopter Super Puma NAS 332 dan Helicopter Latih EC-120 B Colibri, Hawk 100/200. Kondisi politik pula lah yang membuat pesawat-pesawat canggih tersebut bagaikan kehilangan kemampuannya dengan diberlakukannya embargo Spare part dari Negara-negara barat terutama Amerika.  
Dengan berakhirnya perang dingin antara blok barat dan timur dan Untuk mengurangi ketergantungan Negara–negara barat Pemerintah mulai mengalihkan pengadaan pesawat ke Negara Eropa Timur terutama ke Rusia Memasuki milenium ke III, TNI Angkatan Udara melengkapi teknologi Barat yang sudah ada dengan teknologi dari Timur, yaitu dengan hadirnya pesawat Sukhoi SU-27 dan SU-30 dari Rusia Kehadirannya semakin mewarnai angkasa Indonesia dan tentunya akan memperkuat pertahanan udara nasional dalam rangka menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia di udara sehingga tidak ada sejengkal wilayah Indonesia dapat dimasukin pesawat asing. Semua yang diupayakan dan diusahakan TNI Angkatan Udara, tidak lain adalah guna mewujudkan angkatan udara yang handal dan mampu menghadapi setiap ancaman yang membahayakan keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Created By ARV

Persaingan Boeing dan Airbus


Boeing dan Airbus merupakan dua industri pesawat terbesar dunia, yang notabene merupakan persaingan antara Amerika dan Eropa. Dalam konsep pengembangan pesawat selanjutnya Airbus mengembangkan pesawat Super Jumbo A-380 yang berkapasitas 555 penumpang, sedangkan Boeing lebih memilih mengembangkan pesawat yang dapat langsung ke kota tujuan tanpa melalui bandar udara besar yang berarti boeing lebih berfocus kepada pengembangan pesawat Long range berukuran sedang atau dapat digolongkan wide-body, twin-engine jet airliner . Untuk program tersebut Boeing mengembangkan generasi B787 Dream Liner, yang mempunyai kemampuang long range dengan ukuran sedang sehingga dapat langsung mendarat ke kota tujuan tanpa melalui bandara besar.
Kedua perusahaan ini merupakan perusahaan yang mendominasi pasar Jet Airline dunia. Secara produk kedua perusahaan ini selalu bersaing, masing-masing perusahaan mengeluarkan varian produk mereka yang berorientasi kepada kapasitas daya angkut, daya jelajah dan teknologi aviation yang mereka pergunakan.  Seperti Boeing dengan 737-800 mempunyai range seat yang lebih besar daripada A320 dan A320 lebih besar range seat-nya daripada 737-700. A380 lebih besar daripada 747-800, A321 lebih besar daripada 737-900. Kedua perusahaan tersebut  mempunyai variasi produk yang banyak dan setiap produk dari kedua raksasa tersebut tidak secara langsung head to head. Hal tersebut merupakan sebuah peluang bagi maskapai penerbangan untuk membeli sesuai dengan kebutuhan. Secara keseluruhan  persaingan secara produk antara  A320 family dengan 737 Next Generation untuk penerbangan medium range dan persaingan A330 dengan 767, A340 dengan 777, A350 dengan 787 & 777, A380 dengan 747 untuk Long range. Setiap perusahaan mengembangkan konsep pengembangan pesawat dari sisi komersial yang menjadi kelebihan dari masing-masing varian tersebut.  
Disamping konsep komersil persaingan Airbus dan Boeing juga merambah pula pada teknologi yang dipergunakan mulai dari penggunaan jenis material, sistem pesawat dan interior. Airbus merupakan pelopor dalam penggunaan fly by wire untuk pesawat komersial, sebelumnya konsep fly by wire dipergunakan untuk jenis pesawat tempur F-16 Fighting Falcon. Sementara Boeing  masih menggunakan sistem kabel. Boeing mempelopori dalam hal penggunaan material komposit, seperti yang sudah diketahui bahwa pesawat 787 merupakan satu-satunya pesawat yang menggunakan material paling banyak berupa komposit, dimana dengan penggunaan material ini membuat berat pesawat menjadi lebih ringan dan tangguh. Berkaitan dengan interior cabin, keduanya menawarkan inflight entertainment yang sangat menyenangkan dan canggih.
Sesuai dengan konsep Boeing mengembangkan pesawat yang terbang ke kota tujuan tanpa melalui bandar udara besar, baru-baru ini boeing meluncurkan  jenis pesawat terbarunya yang diberi nama Boeing 787 “Dreamliner”. Launching Dreamliner dilakukan pada hari minggu 8 July 2007, yang dalam system penanggalan Amerika tanggal tersebut ditulis sebagai 07.08.07, persis mewakili nama seri dari Boeing 787 Dreamliner. Dreamliner diklaim sebagai pesawat yang paling ramah lingkungan dengan konsumsi bahan bakar yang sangat efisien, dan merupakan pesawat pertama didunia yang sebagian besar badannya dibuat dari composite material. B787 dirancang sebagai pesawat yang mampun terbang Long range berukuran sedang, masuk dalam kelas pesawat terbang wide-body, twin-engine jet airliner, berkapasitas 210 sampai 330 penumpang.
Ekspansi Boeing untuk penerbangan Long Range ukuran sedang dijawab oleh Airbus Industrie dengan mengembangkan tipe tandingan dari B787, yakni A-350 dengan konsep yang diusung tentang  keiritan bahan bakar-isu yang masuk akal di tengah makin mahalnya harga bahan bakar pesawat.

Siapa pemenang dari persaingan dua industri raksasa dirgantara dunia ini dapat dilihat  dalam beberapa tahun kedepan masing-masing perusahaan mengklaim mempunyai pendukung yang telah melakukan kontrak pembelian dalam  jumlah yang cukup besar dan disesuaikan dari jenis dan kapasitas pesawat yang mereka perlukan. Untuk itulah pihak pabrikan perlu jeli melihat trend maskapai penerbangan pada suatu negara.

Created By Ariev

Semoga Cinta Tak Memudar..

Semoga Cinta Tak Memudar..